Rabu, 10 Agustus 2011

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODERN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODERN

Sebagai suatu ilmu yang menjadi pelayan bagi ilmu-ilmu lain, maka matematika telah diajarkan sejak tingkat sekolah dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Metode Pembelajaran matematika yang baik menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Metode pembelajaran yang kurang tepat akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi pengajaran berbagai disiplin ilmu lain  yang memerlukan keterampilan matematika.
pembelajaran matematika tradisional yang telah digunakan dalam pembelajaran matematika sejak jaman kolonial sampai akhir tahun 1970-an di Indonesia atau sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat, dianggap sudah tidak mampu lagi menjawab tuntutan pengajaran matematika yang berkembang saat itu. pembelajaran matematika tradisional yang lebih menekankan pada hafalan dan abstraksi dianggap tidak lagi cocok dengan perkembangan zaman.
Untuk menjawab masalah tersebut di atas muncullah istilah pembelajaran matematika modern yang lebih menekankan pada pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika daripada sekedar hafalan seperti pada matematika tradisonal. Pada matematika modern, matematika yang bersifat abstrak berusaha diajarkan dengan konsep cara yang lebih konkret dengan menggunakan alat peraga dan semacamnya.
pembelajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani sejata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Faktor yang lain adalah diluncurkannya Sputnik I oleh Rusia pada tahun 1957, hal tersebut mengejutkan Amerika Serikat yang telah tertinggal oleh rusia sehingga dipandang perlu melakukan pembaruan yang berarti dalam dunia pendidikan termasuk matematika.
Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget tentang teori perkembangan mental, W Brownell yang menekankan pengertian daripada hafalan, J.P Guilford, J.S Bruner dengan metode penemuannya, Van Hiele tentang metode pengajaran geometri, Z.P Dienes mengenai pengajaran matematika, D.Ausubel, R.M Gagne dengan teori tingkah lakunya, dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika. Teori belajar mengajar ini berkenaan dengan kesiapan anak belajar dan pemilihan metode yang lebih tepat agar pengajaran itu lebih berhasil sesuai yang diharapkan.
W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menegaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian tapi hafalan, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya dirancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, muncullah matematika modern yang memiliki ciri sebagai berikut ;
  1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal, aljabar Boole, Ring, field, group. Program linear dan lain-lain.
  2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
  3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu.
  4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur yang akan mendorong siswa untuk memahami suatu materi meski materi tersebut telah mengalami sedikit konstruksi.
  5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya heterogen.
  6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
  7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
  8. Metode pembelajaran menggunakan metode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
  9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.

Sebagaimana konsep-konsep lain, konsep matematika modern pun menghadapi banyak kritikan sejak awal diperkenalkannya. Kritikan tersebut datang dari matematisi, guru dan orang tua murid, baik yang timbul di perjalanan maupun yang timbul pada permulaan pembaruan itu diorbitkan. Pada umumnya kritikan-kritikan itu berkisar di sekitar :
1.   Keterampilan berhitung menurun disebabkan kurang banyaknya latihan
2.   Keterampilan bahasa secara pedagogik dan praktis tidak menguntungkan, sedangkan ketepatan terminologi dan persimbulan tidak akan menambah pengertian.
3.   Mengutamakan kepada logika dan struktur mengakibatkan penguarangan penguasaan konsep-konsep dasar kemampuan berhitung
4.   Terlalu formalnya penyajian mengakibatkan hilangnya minat anak
5.   Materi baru seperti teori himpunan, aljabar Boole, logika matematika, dan aljabar abstrak tidak berfaedah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
6.   Penyajian matematika modern yang mengutamakan kepada cara deduktif tidak sesuai dengan kenyataan sejarah bagaimana matematika itu ditemukan
7.   Ide-ide abstrak tidak tertanam secara mantap.







***********


DAFTAR PUSTAKA
Darhim, Drs, 1997, Pendidikan Matematika 2, Jakarta, Universitas Terbuka
Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP UMS
Ruseffendi, 1996, Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Jakarta, Universitas terbuka
Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar Kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Subando, Joko, S. Si. 2006. Perkembangan Pembelajaran matematika.  http://masbando.tripod.com/subandoweb/perkebmat.htm
Sembiring, R. K. 2006. Reformasi matematika di SD. Dialog mondial. http://www.ranesi.nl/dialog/reformasi_matematika_sd060222